Gosip merupakan sebuah kata yang lumayan popular saat ini. Disadari atau tidak, disengaja atau tidak, menggosip sudah menjadi bagian dari kegiatan sehari-hari. Percakapan tanpa dibumbui gosip terasa tidak menarik walaupun mereka mengetahui bahwa menjadi bahan gosip tidak menyenangkan.
Beberapa orang berpendapat bahwa menceritakan seseorang sesuai fakta yang ada, sesuai dengan apa yang dilihat dan didengar, tidak termasuk menggosip. Lalu, apakah sebenarnya menggosip itu?
Diriwayatkan dari Nabi saw kata-kata berikut, Nabi berkata, “Tahukah Anda apa menggosip itu?” Orang berkata, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Kemudian beliau berkata, “Menggosip berarti bahwa Anda berkata tentang saudara Anda suatu hal yang menyakitinya.” Seseorang berkata, “Tetapi bagaimana kalau yang saya katakan tentang dia itu memang benar?” Nabi menjawab, “[Dinamakan] menggosip hanya bilamana hal itu sesungguhnya benar, bila tidak maka Anda memfitnahnya.”
Rasulullah mendefinisikan arti menggosip dengan jelas, sehingga sudah selayaknya perbuatan menggosip dijauhi. Abu Hamid al-Ghazali dalam bukunya Ihya’ ‘Ulumud-Din telah menguraikan beberapa perbuatan yang digolongkan dalam menggosip, yaitu:
1. Mengolok-olok seseorang atau membuatnya nampak terhina.
2. Membuat orang tertawa dan memamerkan kegembiraannya sendiri.
3. Mengungkapkan perasaan seseorang karena pengaruh marah dan berang.
4. Mengukuhkan keunggulan diri dengan berbicara buruk tentang orang lain.
5. Menyalahkan hubungan atau keterlibatan seseorang dalam suatu hal; yakni, bahwa suatu keburukan tertentu tidak dilakukannya tetapi dilakukan oleh orang lain.
6. Menyesuaikan diri dengan suatu kelompok ketika dalam kumpulan mereka supaya tidak merasa terasing.
7. Melecehkan seseorang yang dikhawatirkan akan membeberkan kesalahannya sendiri.
8. Mengalahkan pesaing dalam perilaku yang serupa.
9. Mencari kedudukan di hadapan seseorang yang berkuasa.
10. Mengungkapkan kesedihan bahwa si Anu telah jatuh ke dalam dosa.
11. Mengungkapkan keheranan, misalnya sungguh mengherankan bahwa si Anu telah melakukannya.
12. Mencerca si pelaku suatu perbuatan ketika mengungkapkan kemarahan atasnya.
Namun, dalam beberapa hal, mengungkapkan kesalahan atau mengkritik tidak termasuk sebagai golongan menggosip, yaitu:
1. Apabila orang tertindas mengadu tentang si penindas untuk mendapatkan perbaikan.“Allah tidak menyukai ucapan buruk (yang diucapkan) dengan terus terang, kecuali oleh orang yang teraniaya …” (QS. 4:148)
2. Untuk menceritakan kesalahan seseorang sementara memberi nasihat bukanlah menggosip karena kecurangan dan sikap bermuka dua tidak diizankan dalam memberi nasihat.
3. Apabila dalam hubungan dengan mencari persyaratan atas perintah agama penyebutan nama seseorang tertentu rak terelakkan, maka menyebutkan kesalahan orang seperti itu sekadar.
4. Untuk menyampaikan penyelewangan atau kecurangan yang dilakukan yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud untuk menyelamatkan seorang Muslim dari bahaya.
5. Menceritakan kesalahan seseorang di hadapan orang yang dapat mencegahnya melakukan perbuatan itu.
6. Kritik dan ungkapan pendapat tentang periwayat.
7. Apabila seseorang mengetahui benar tentang kekurangan seseorang lain, kemudian ia menceritakan kekurangan itu untuk mendefinisikan kepribadiannya, misalnya menggambarkan orang tuli, bisu, pincang atau bunting sebagaimana adanya.
8. Menggambarkan kekurangan seorang pasien kepada seorang dokter dengan tujuan bagi perawatan.
9. Apabila ada orang mengakui silsilah secara batil lalu seseorang membeberkan silsilahnya yang sesungguhnya.
10. Apabila nyawa, harta atau kehormatan seseorang hanya dapat dilindungi dengan memberitahukan kepadanya tentang suatu kesalahan orang.
11. Apabila dua orang membicarakan suatu kesalahan orang lain yang sudah diketahui oleh keduanya, walaupun mengelakkan diri dari membicarakannya itu lebih baik karena mungkin salah satu dari keduanya telah melupakannya.
12. Membeberkan keburukan orang yang secara terbuka melakukan keburukan, sebagaimana dikatakan oelh sebuah hadis, “tak ada gosip dalam hal orang yang telah merobek-robek tirai malu”.
Dapat dikatakan, yang menjadi pembeda antara keduanya adalah niat, bila percakapan dengan niat untuk menjelek-jelekkan seseorang dan membuat orang lain merasa teraniaya dikategorikan sebagai menggosip namun percakapan dengan niat untuk membuat sadar seseorang tidak dikategorikan sebagai menggosip. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui lebih mengetahui apa yang tersembunyi di dalam hati manusia. Percakapan yang tidak bermanfaat memang lebih baik dijauhi seperti kata pepatah ‘Diam itu Emas’.
L-O-V-E C-I-N-T-A Manusia setiap waktu tak putus-putusnya, tak bosan-bosannya membahas tentang cinta. Mengapa? Karena cinta adalah sumber dan nafas kehidupan manusia. Manusia dilahirkan karena cinta, manusia dibesarkan karena cinta, sehingga di dalam hati manusia selalu tumbuh cinta. Tetapi, apa sebenarnya cinta itu?
Cinta secara garis besar dibagi atas 3 golongan:
1. Cinta pada kebendaan
"Dijadikan indah bagi manusia mencintai bermacam-macam yang diingini, (diantaranya) kepada perempuan, anak-anak, harta yang berlimpah dari jenis emas, perak, kuda yang bagus, binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan pada sisi Allah ada sebaik-baik tempat kembali (surga). (QS. Ali Imran : 14)
Sudah menjadi fitrah manusia mempunyai keinginan untuk memiliki sesuatu. Keinginan ini berubah menjadi cinta yang tercermin pada hawa nafsu untuk memiliki sesuatu.
"Kamu tidak akan memperoleh kebaikan (yang sempurna) sehingga kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya." (Qs. Ali Imran : 92)
"... tetapi kebaikan itu adalah barangsiapa yang beriman kepada Allah, hari kiamat malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada para kerabat.. Mereka itulah orang-orang yang bertaqwa." (QS al-Baqaroh : 177)
Kecintaan pada benda ini harus dapat menjadi nilai positif bagi manusia. Sebahagian benda yang dicintai harus disumbangkan bagi yang membutuhkan. Manusia yang mampu melakukukannya (karena Allah) memperoleh derajat taqwa oleh Allah.
2. Cinta pada pasangan hidup
"Mahasuci (Allah) yang telah menciptakan berpasang-pasangan semuanya di antara yang ditumbuhkan bumi dan dari diri mereka, dan dari apa yang mereka tidak ketahui." (QS Yaasiin : 36)
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia menciptakan untuk kamu isteri dari jenismu supaya kamu tenteram bersamanya. Dan dia menjadikan cinta dan kasih sayang di antara kamu. Sesungguhnya pada yang demikian itu menjadi tanda-tanda bagi orang-orang yang berpikir." (QS ar-Ruum : 21)
Rasa cinta pada pasangan hidup adalah sesuatu wajar dan memang Allah telah menggariskannya.
3. Cinta pada Tuhan, tiada Tuhan selain Allah
"Dan ada di antara manusia mengambil dari selain Allah sebagai tandingan, mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Dan orang yang beriman, bersengatan cintanya kepada Allah." (QS al-Baqaroh : 165)
Cinta yang paling tinggi di sisi Allah adalah cinta kepada-Nya. Segala sesuatu yang dikerjakan hanyalah wujud cinta kepada-Nya. Tiada yang lain. Itulah orang beriman.
"Katakanlah, 'Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang'." (Qs Ali Imran : 31)
Itulah tiga jenis cinta yang kita temui sehari-hari. Jadi, jikalau sang pecinta itu datang, akan kukatakan padanya, semua ini hanya karena Allah semata. Insya Allah. Amin.
Beberapa bait cinta dari 'Aa Gym
Cinta adalah nikmat dari Allah yang membuat dunia menjadi tiada bertepi Lebih dalam dari lautan yang dalam Lebih tinggi dari angkasa membumbung
Berbahagialah yang hatinya dihidupkan dengan cinta Namun waspadalah bagi orang yang dibutakan hatinya dengan cinta Seindah-indah cinta adalah cinta kepada Penggenggam Alam Semesta Kepada yang Maha Mencinta yang tiada pernah terputus cinta-Nya Yang kekal cintanya Dialah Allah, Allah Yang Maha Agung Maha Indah Maha Penyayang Maha Membela Maha Mempesona Cinta Semata-mata karena Allah
Saudaraku, Bahu membahulah membangun cinta Dengan para pecinta Cinta kebenaran Cinta Rasulullah
Lagi pengen belajar masak-masak, kan calon IBR. Mulai dari yang paling mudah dulu nih. Kalau masak air sih udah mantap, hehehehe. Nyobain yang ini deh, Roti Jala. Masakan khas daerah Melayu Deli Medan.
Bahan : 250 gr tepung terigu 2 btr telur 600 ml santan dari 1/2 butir kelapa 1/2 sdt garam margarin untuk mengoles
Cara Membuat :
1.Kocok telur sampai berbuih, masukkan santan dan garam. Aduk hingga rata.
2.Setelah itu tuangkan ke dalam tepung sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga rata, lalu saring.
3.Olesi wajan dengan sedikit margarin, isi cetakan roti jala berbentuk corong dengan adonan.
4.Gerak-gerakkan corong ke sekeliling wajan hingga membentuk jalur - jalur menyerupai jala di permukaan. Diamkan sebentar di atas api sampai matang lalu angkat langsung lipat. Sajikan roti jala dengan kari kambing.
nb. Makanan akan lebih enak bila disajikan dengan ditambahkan acara nenas. Ada cara lain untuk membentuk adonan menjadi jala bila tidak memiliki cetakan roti jalan. Gunakan plastik, bisa juga menggunakan plastik untuk membuat hiasan tart atau juga plastik putih biasa. Masukkan adonan ke dalam plastik, lalu gunting kecil di ujungnya. Gerak-gerakkan ujung yang telah digunting ke sekeliling wajan secara memutar dan mebentuk jaring laba-laba.
Hmmm, udah 60 tahun? Kalau boleh dibandingkan dengan negara-negara tetangga yang umurnya masih di bawah kita, kita masih jauh tertinggal. Boleh nih sedikit mengingat ke masa lalu untuk kembali memompa semangat dalam mengisi kemerdekaan. MERDEKA !! Semoga penduduk Indonesia semakin soleh dan solehah. Amin
Penjajahan Belanda di Tanah Deli Belanda yang menjajah Nusantara kurang lebih setengah abad namun untuk menguasai Tanah Deli mereka sangat banyak mengalami tantangan yang tidak sedikit. Mereka mengalami perang di Jawa dengan pangeran Diponegoro sekitar tahun 1825-1830. Belanda sangat banyak mengalami kerugian sedangkan untuk menguasai Sumatera, Belanda juga berperang melawan Aceh, Minangkabau, dan Sisingamangaraja di daerah Tapanuli.
Jadi untuk menguasai Tanah Deli Belanda hanya kurang lebih 78 tahun mulai dari tahun 1864 sampai 1942. Setelah perang Jawa berakhir barulah Gubernur Jenderal Belanda J.Van den Bosch mengerahkan pasukannya ke Sumatera dan dia memperkirakan untuk menguasai Sumatera secara keseluruhan diperlukan waktu 25 tahun. Penaklukan Belanda atas Sumatera ini terhenti ditengah jalan karena Menteri Jajahan Belanda waktu itu J.C.Baud menyuruh mundur pasukan Belanda di Sumatera walaupun mereka telah mengalahkan Minangkabau yang dikenal dengan nama perang Paderi ( 1821-1837 ).
Sultan Ismail yang berkuasa di Riau secara tiba-tiba diserang oleh gerombolan Inggeris dengan pimpinannya bernama Adam Wilson. Berhubung pada waktu itu kekuatannya terbatas maka Sultan Ismail meminta perlindungan pada Belanda. Sejak saat itu terbukalah kesempatan bagi Belanda untuk menguasai Kerajaan Siak Sri Indrapura yang rajanya adalah Sultan Ismail. Pada tanggal 1 Februari 1858 Belanda mendesak Sultan Ismail untuk menandatangani perjanjian agar daerah taklukan kerajaan Siak Sri Indrapura termasuk Deli, Langkat dan Serdang di Sumatera Timur masuk kekuasaan Belanda. Karena daerah Deli telah masuk kekuasaan Belanda otomatislah Kampung Medan menjadi jajahan Belanda, tapi kehadiran Belanda belum secara fisik menguasai Tanah Deli.
Pada tahun 1858 juga Elisa Netscher diangkat menjadi Residen Wilayah Riau dan sejak itu pula dia mengangkat dirinya menjadi pembela Sultan Ismail yang berkuasa di kerajaan Siak. Tujuan Netscher itu adalah dengan duduknya dia sebagai pembela Sultan Ismail secara politis tentunya akan mudah bagi Netscher menguasai daerah taklukan kerajaan Siak yakni Deli yang di dalamnya termasuk Kampung Medan Putri.
Perkembangan Medan Putri menjadi pusat perdagangan telah mendorongnya menjadi pusat pemerintahan. Tahun 1879, Ibukota Asisten Residen Deli dipindahkan dari Labuhan ke Medan, 1 Maret 1887,Ibukota Residen Sumatera Timur dipindahkan pula dari Bengkalis ke Medan, Istana Kesultanan Deli yang semula berada di Kampung Bahari (Labuhan) juga pindah dengan selesainya pembangunan Istana Maimoon pada tanggal 18 Mei 1891, dan dengan demikian Ibukota Deli telah resmi pindah ke Medan.
Pada tahun 1915 Residensi Sumatera Timur ditingkatkan kedudukannya menjadi Gubernemen. Pada tahun 1918 Kota Medan resmi menjadi Gemeente (Kota Praja) dengan Walikota Baron Daniel Mac Kay. Berdasarkan "Acte van Schenking" (Akte Hibah) Nomor 97 Notaris J.M. de-Hondt Junior, tanggal 30 Nopember 1918, Sultan Deli menyerahkan tanah kota Medan kepada Gemeente Medan, sehingga resmi menjadi wilayah di bawah kekuasaan langsung Hindia Belanda. Pada masa awal Kotapraja ini, Medan masih terdiri dari 4 kampung, yaitu Kampung Kesawan, Kampung Sungai Rengas, Kampung Petisah Hulu dan Kampung Petisah Hilir.
Pada tahun 1918 penduduk Medan tercatat sebanyak 43.826 jiwa yang terdiri dari Eropa 409 orang, Indonesia 35.009 orang, Cina 8.269 orang dan Timur Asing lainnya 139 orang. Sejak itu Kota Medan berkembang semakin pesat. Berbagai fasilitas dibangun. Beberapa diantaranya adalah Kantor Stasiun Percobaan AVROS di Kampung Baru (1919), sekarang RISPA, hubungan Kereta Api Pangkalan Brandan - Besitang (1919), Konsulat Amerika (1919), Sekolah Guru Indonesia di Jl. H.M. Yamin sekarang (1923), Mingguan Soematra (1924), Perkumpulan Renang Medan (1924), Pusat Pasar, R.S. Elizabeth, Klinik Sakit Mata dan Lapangan Olah Raga Kebun Bunga (1929). Secara historis perkembangan Kota Medan, sejak awal telah memposisikan menjadi pusat perdagangan (ekspor-impor) sejak masa lalu. sedang dijadikannya medan sebagai ibukota deli juga telah menjadikannya Kota Medan berkembang menjadi pusat pemerintah. sampai saat ini disamping merupakan salah satu daerah kota, juga sekaligus sebagai ibukota Propinsi Sumatera Utara. Kota Medan Masa Penjajahan Jepang Tahun 1942 penjajahan Belanda berakhir di Sumatera yang ketika itu Jepang mendarat dibeberapa wilayah seperti Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan khusus di Sumatera Jepang mendarat di Sumatera Timur. Tentara Jepang yang mendarat di Sumatera adalah tentara XXV yang berpangkalan di Shonanto yang lebih dikenal dengan nama Singapore, tepatnya mereka mendarat tanggal 11 malam 12 Maret 1942. Pasukan ini terdiri dari Divisi Garda Kemaharajaan ke-2 ditambah dengan Divisi ke-18 dipimpin langsung oleh Letjend. Nishimura. Ada empat tempat pendaratan mereka ini yakni Sabang, Ulele, Kuala Bugak (dekat Peurlak Aceh Timur sekarang) dan Tanjung Tiram (kawasan Batubara sekarang). Pasukan tentara Jepang yang mendarat di kawasan Tanjung Tiram inilah yang masuk ke Kota Medan, mereka menaiki sepeda yang mereka beli dari rakyat disekitarnya secara barter. Mereka bersemboyan bahwa mereka membantu orang Asia karena mereka adalah saudara Tua orang-orang Asia sehingga mereka dieluelukan menyambut kedatangannya. Ketika peralihan kekuasaan Belanda kepada Jepang Kota Medan kacau balau, orang pribumi mempergunakan kesempatan ini membalas dendam terhadap orang Belanda. Keadaan ini segera ditertibkan oleh tentara Jepang dengan mengerahkan pasukannya yang bernama “ Kempetai “ (Polisi Militer Jepang). Dengan masuknya Jepang di Kota Medan keadaan segera berubah terutama pemerintahan sipilnya yang zaman Belanda disebut “Gemeente Bestuur “ oleh Jepang dirobah menjadi “Medan Sico“ (Pemerintahan Kotapraja). Yang menjabat pemerintahan sipil di tingkat Kotapraja Kota Medan ketika itu hingga berakhirnya kekuasaan Jepang bernama Hoyasakhi. Untuk tingkat keresidenan di Sumatera Timur karena masyarakatnya heterogen disebut Syucokan yang ketika itu dijabat oleh T.Nakashima, pembantu Residen disebut dengan Gunseibu. Penguasaan Jepang semakin merajalela di Kota Medan mereka membuat masyarakat semakin papa, karena dengan kondisi demikianlah menurut mereka semakin mudah menguasai seluruh Nusantara, semboyan saudara Tua hanyalah semboyan saja. Disebelah Timur Kota Medan yakni Marindal sekarang dibangun Kengrohositai sejenis pertanian kolektif. Dikawasan Titi Kuning Medan Johor sekarang tidak jauh dari lapangan terbang Polonia sekarang mereka membangun landasan pesawat tempur Jepang. Kota Medan Menyambut Kemerdekaan Republik Indonesia Dimana-mana diseluruh Indonesia menjelang tahun 1945 bergema persiapan Proklamasi demikian juga di Kota Medan tidak ketinggalan para tokoh pemudanya melakukan berbagai macam persiapan. Mereka mendengar bahwa bom atom telah jatuh melanda Kota Hiroshima, berarti kekuatan Jepang sudah lumpuh. Sedangkan tentara sekutu berhasrat kembali untuk menduduki Indonesia. Khususnya di kawasan kota Medan dan sekitarnya, ketika penguasa Jepang menyadari kekalahannya segera menghentikan segala kegiatannya, terutama yang berhubungan dengan pembinaan dan pengerahan pemuda. Apa yang selama ini mereka lakukan untuk merekrut massa pemuda seperti Heiho, Romusha, Gyu Gun dan Talapeta mereka bubarkan atau kembali kepada masyarakat. Secara resmi kegiatan ini dibubarkan pada tanggal 20 Agustus 1945 karena pada hari itu pula penguasa Jepang di Sumatera Timur yang disebut Tetsuzo Nakashima mengumumkan kekalahan Jepang. Beliau juga menyampaikan bahwa tugas pasukan mereka dibekas pendudukan untuk menjaga status quo sebelum diserah terimakan pada pasukan sekutu. Sebagian besar anggota pasukan bekas Heiho, Romusha, Talapeta dan latihan Gyu Gun merasa bingung karena kehidupan mereka terhimpit dimana mereka hanya diberikan uang saku yang terbatas, sehingga mereka kelihatan berlalu lalang dengan seragam coklat di tengah kota. Beberapa tokoh pemuda melihat hal demikian mengambil inisiatif untuk menanggulanginya. Terutama bekas perwira Gyu Gun diantaranya Letnan Achmad Tahir mendirikan suatu kepanitiaan untuk menanggulangi para bekas Heiho, Romusha yang famili/saudaranya tidak ada di kota Medan. Panitia ini dinamai dengan “Panitia Penolong Pengangguran Eks Gyu Gun“ yang berkantor di Jl. Istana No.17 (Gedung Pemuda sekarang). Tanggal 17 Agustus 1945 gema kemerdekaan telah sampai ke kota Medan walupun dengan agak tersendat-sendat karena keadaan komunikasi pada waktu itu sangat sederhana sekali. Kantor Berita Jepang “Domei" sudah ada perwakilannya di Medan namun mereka tidak mau menyiarkan berita kemerdekaan tersebut, akibatnya masyarakat tambah bingung. Sekelompok kecil tentara sekutu tepatnya tanggal 1 September 1945 yang dipimpin Letnan I Pelaut Brondgeest tiba di kota Medan dan berkantor di Hotel De Boer (sekarang Hotel Dharma Deli). Tugasnya adalah mempersiapkan pengambilalihan kekuasaan dari Jepang. Pada ketika itu pula tentara Belanda yang dipimpin oleh Westerling didampingi perwira penghubung sekutu bernama Mayor Yacobs dan Letnan Brondgeest berhasil membentuk kepolisian Belanda untuk kawasan Sumatera Timur yang anggotanya diambil dari eks KNIL dan Polisi Jepang yang pro Belanda. Akhirnya dengan perjalanan yang berliku-liku para pemuda mengadakan berbagai aksi agar bagaimanapun kemerdekaan harus ditegakkan di Indonesia demikian juga di kota Medan yang menjadi bagiannya. Mereka itu adalah Achmad Tahir, Amir Bachrum Nasution, Edisaputra, Rustam Efendy, Gazali Ibrahim, Roos Lila, A.malik Munir, Bahrum Djamil, Marzuki Lubis dan Muhammad Kasim Jusni.
Sumber Informasi: Buku Kota Medan Pintu Gerbang (Bappeda) Buku Monografi Kota Medan (Bappeda) Buku Medan Selayang Pandang
Mulai kemarin, Kota Medan mulai berasap. Asapnya lumayan tebal dan berbau, membuat kerongkongan sakit, mata perih, dan sedikit sakit kepala.
Kabut Asap Selimuti Medan Medan, WASPADA Online Asap menyelimuti hampir seluruh kawasan di Sumatera Utara Minggu (14/8). Di Medan, kabut asap menyebabkan jarak tembus pandang mencapai antara 100 hingga 200 meter pada sore hari. Dari Asahan dilaporkan, jarak pandang kurang dari 50 meter. Sebelumnya kabut asap sempat membuat negara jiran Malaysia menyatakan kondisi darurat di Port Klang dan Selangor yang sejak Sabtu (13/8) dicabut. Sementara dari pantauan Waspada di Riau, titik api (hot spot) turun drastis, tetapi kebakaran terus terjadi.
Kabut asap tebal yang menyesakkan di kawasan Kota Medan, menyebabkan banyak masyarakat yang melakukan kegiatan di luar rumah merasa terganggu. Asap yang mengandung partikel abu membuat mata dan kerongkongan terasa perih, selain menurun tajamnya visibilitas.
Pada pukul 16:00 jarak pandang di hampir seluruh pelosok kota hanya 100 sampai 200 meter dan akibat tebalnya asap. Angin membawa kabut asap dengan bau seperti kebakaran lahan pertanian yang berhembus dari arah utara membuat suasana relatif gelap, seperti menjelang magrib.
Pada puncaknya, rendahnya visibilitas sangat signifikan di bandara Polonia. Pesawat-pesawat yang parkir di apron terlihat samar-samar dari terminal penumpang, sementara runway tidak kelihatan. Sejumlah warga terlihat mengenakan masker dengan tujuan agar tidak terhirup partikel asap, sementara banyak apotik kehabisan stok masker akibat permintaan yang melonjak..
Sementara berdasarkan pemantauan Waspada, beberapa warga mengeluhkan tidak adanya informasi tentang kondisi udara di Medan. Seperti yang diungkapkan seorang pengendara sepeda motor yang ditemui Waspada di Jalan Pemuda, Simpang Palang Merah saat akan melihat Indeks Standart Pencemaran Udara (ISPU), dia melihat alat itu tidak berfungsi. Berdasarkan pantauan Waspada, alat ini, terdapat di tiga titik masing-masing, simpang Kapten Patimura dan Iskandar Muda, kemudian Bundaran Majestik Jalan Gatot Subroto dan di Jalan Pemuda, Simpang Palang Merah, satu pun tidak berfungsi.
Kepala Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL & PPM) Medan Otniel Ketaren, MSi yang dihubungi Waspada mengatakan, berdasarkan pengamatan yang dilakukan pihaknya diperoleh kesimpulan, kabut asap yang menyelimuti sebagian besar wilayah Sumatera Utara akibat terjadinya pergeseran angin menuju Sumatera Utara.
Sebelumnya, kata Otniel, kabut asap itu menyelimuti negara tetangga Malaysia. Namun karena adanya pergeseran arah angin, maka kabut asap yang semula mengarah ke Malaysia , berpindah arah ke Sumatera Utara. Mega Sirait, staf BMG Wilayah I stasiun Bandara Polonia Medan ketika dikonfirmasi menyatakan, asap tebal yang melanda kawasan Medan berasal dari Riau dan Labuhan Batu akibat kebakaran hutan di sana.
Asap dimaksud cepat sekali berubah. Misalnya, pada pukul 14:00 jarak pandang masih antara 4.000 hingga 5.000 meter, sementara menjelang pukul 17:00 bergerak menjadi 400 hingga 500 meter. "Begitupun, pihaknya sudah memberi aba-aba kepada jajaran penerbangan agar mereka lebih berhati-hati baik saat mendarat (landing) maupun terbang (take off)," ujar Mega.
Menurut Mega, asap tebal dari Riau dan Labuhan Batu yang mengganggu jarak tembus pandang cepat sekali berhembus ke Medan karena pengaruh arah angin barat daya ke tenggara sehingga terbawa angin ke utara. Ditambahkan Otniel, petugas BTKL & PPM Medan yang berada di kawasan Asahan melaporkan dampak kabut asap di kabupaten itu menyebabkan jarak pandang kurang dari 50 meter pada Minggu (14/8) sekira pukul 17:00. Diperkirakan, daerah-daerah yang berbatasan langsung dengan daerah lokasi kebakaran hutan mengalami kondisi yang lebih parah lagi.
Sebagaimana pantauan Waspada, kabut asap menyelimuti wilayah pesisir Kecamatan Tanjung Balai, Tanjung Tiram, Talawi, Limapuluh dan Medang Deras, sehingga banyak di antara nelayan yang membatalkan niatnya untuk melaut karena takut terjadi tubrukan sesama nelayan. Meskipun pihak Kesyahbandaran pelabuhan belum ada mengeluarkan bentuk imbauan terhadap nelayan. "Semua ini kami lakukan semata untuk menjaga keselamatan di laut," tukas Yusuf, seorang nelayan di Tanjung Tiram.
Kabut tebal juga melanda perairan Belawan, mengakibatkan banyak nelayan tidak berani melaut karena pandangan tidak tembus sehingga dapat mengancam keselamatan saat berada di tengah laut. Beberapa nelayan di Belawan menyebutkan, jarak pandang sangat menentukan keselamatan di laut karena kalau jarak pandang terganggu dapat mengakibatkan tabrakan antara sesama kapal yang sedang berlayar, demikian juga ketika sedang menabur jaring, tabrakan juga dapat terjadi.
Akibat kondisi kabut tebal ini akan mengancam perolehan ikan karena kegiatan melaut sebahagian besar nelayan kecil hingga besar tidak ada, jelas nelayan. Kabut tebal ini juga mengancam keluar masuk kapal di Pelabuhan Belawan.
Demikian juga kondisi Jalan Lintas Sumatera khususnya di wilayah Asahan terlihat kabut asap yang tebal, sehingga para pengemudi terpaksa menghidupkan lampu untuk menghindari tubrukan. Walau diselimuti kabut asap, namun warga pengguna jalan tidak mengunakan masker, padahal kondisi tersebut sangat rawan terserang penyakit Inspeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Sebegitu jauh Pemkab Asahan belum memberikan aba-aba tentang dampak dari kabut itu.
Membahayakan Kepala Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL & PPM) Medan Otniel Ketaren, MSi juga menjelaskan, kabut asap yang menyelimuti Sumatera Utara khususnya Kota Medan ini mengandung partikel debu (PM10) sangat tebal. Di samping partikel debu, kabut asap juga mengandung Ozon (O3), Sulfur Oxida (SOx) dan Nitrogen Oxida (NOx) yang sangat membahayakan kesehatan.
Karenanya, Otniel mengimbau warga mengurangi segala aktivitas di luar rumah selama asap tebal masih menyelimuti Sumatera Utara. "Bila kondisi ini tidak mengalami perubahan dalam waktu dua hari, maka masyarakat diwajibkan mengenakan masker untuk mencegah agar tidak terhirup asap yang lebih banyak," ujar Otniel.
Di tempat terpisah, konsultan penyakit tropik dan infeksi FK-USU Dr. Umar Zein mengatakan, kabut asap yang menyelimuti Kota Medan dan sekitarnya dapat menyebabkan penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA). Menurut Umar Zein, tidak semua orang yang rentan terhadap kabut asap kecuali orang-orang yang mempunyai faktor predisposisi alergi seperti penyakit asma dan alergi saluran pernafasan. "Namun bagi penderita TB Paru dan pneumonia, kabut asap dapat mengakibatkan dampak yang lebih parah lagi," ujar Umar Zein.
Ikut membakar Lahan Dari Langkat, pihak perkebunan milik BUMN di Kebun Kwala Begumit, oleh sejumlah warga dituding ikut saham mencemarkan lingkungan, dengan membakar sisa-sisa tanaman tebu. Sisa-sisa pembakaran bekas daun tebu itu beterbangan sehingga membuat kotor di lingkungan dan masuk ke dalam rumah-rumah warga sekitarnya. Bahkan pencemaran dirasakan juga sejumlah penduduk dan kantor yang ada di Kecamatan Stabat.
Pembakaran ladang tebu sangat parah dampaknya bagi masyarakat sekitarnya, terjadi sekira pukul 16:00 , Kamis ( 11/8) di areal Resbang DP 8 persis di belakang pemukiman warga Dusun 5 Sei Dendang, Desa Kwala Begumit, Kecamatan Stabat.
H Sukhyar Mulianto mewakili masyarakat setempat sudah menyampaikan protes dan melayangkan surat meminta instansi terkait melakukan penindakan hukum atas pembakaran sampah perkebunan tebu di Kebun Kwala Begumit. "Surat ditujukan kepada Ka Bapedalda Pemrovsu di Medan dengan tembusan Gubsu, Bupati Langkat, Ketua DPRD Langkat, Kajari Stabat dan Kapolres Langkat di Stabat," ujar Mulianto, Minggu (14/8).
Menurut Mulianto , pembakaran itu, merupakan hal yang disengaja pihak perkebunan dalam upaya memudahkan pembersihan lahan dan selanjutnya melakukan penanaman tebu kembali. Hal seperti itu kerap terjadi baik di Stabat dan sekitarnya maupun di lahan milik kebun itu di Kecamatan Secanggang. (m40/a06/m32/m35/a01)
Dalam buku berjudul, "Menyelamatkan Kota-kota Islam (Islamic Cities and Convservation)" karya Jim Antoniou mengajak pembaca untuk menggembara dan menelusuri ke kota-kota kuno Islam yang membentang dari Barat hingga ke Timur.
Ia menyatakan bahwa keluarga Islam terdiri dari keluarga batih (extended) dan bukan model keluarga nukleus seperti lazimnya keluarga Barat. Bentuk rumah dan keluarga batih Islam berupa sebuah halaman yang di dalamnya terdapat kamar dengan pintu-pintu yang menghadap ke halaman yang merupakan inti dari suatu kehidupan keluarga. Konsekuensi dari sistem batih ini adalah pola kehidupan sosial penghuninya mempengaruhi kegiatan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok secara terpisah. Suatu kegiatan kelompok memerlukan suatu ruangan khusus bagi laki-laki dan tamu. Kelompok lain memerlukan ruangan yang dikhususkan bagi wanita dan kegiatan kehidupan keluarga.
Namun, setelah pengaruh metodologi perencanaan kota yang berasal dari pihak asing (barat), model keluarga seperti itu menahan pembangunan di sebuah lingkungan perkotaan yang modern. Bahkan, motodolgi perencanaan kotapun sebenarnya tidak cocok dengan karakter penghuni kota Islami, misalnya dalam hal sistem kepemilikan tanah, konsep-konsep dan rancang bangun rumah dan peruntukkan yang tidak sesuai dengan sifat penduduk kota yang tradisional.
Kemarin sore, Ahad, 7 Agustus 2005, ada yang berkesan karena untuk pertama kalinya silaturrahmi dengan beberapa akhwat myQers Medan. Walau cuma lima orang yang hadir tapi silaturahmi singkat itu penuh keakraban. Dua orang akhwat tidak bisa hadir, yang satu gak ada kabarnya, yang satu lagi telat dan kesasar ^_^. Jadi, keseluruhan yang ada 6 orang, termasuk aku sebagai tuan rumah. Silaturahmi termasuk singkat karena dimulai ba'da ashar dan diakhiri pukul 6 sore. Ada akhwat yang tinggal di Marelan, jauh sekali kan dari rumahku. Mudah-mudahan, di lain waktu bisa silaturahmi lagi.
0 Komentar:
Post a Comment