Catatanku | Pondok Muslimah | Free Skin 




End oggix.com ShoutBox -->
Widget_logo



Kabarku dari Twitter



    Sunday, March 05, 2006

    Hari ini, 13 Tahun yang Lalu

    Tepatnya, hari Jumat, 5 Maret 1993. Merupakan hari yang sangat istimewa bagiku. Saat itu aku masih duduk dikelas 1 SMA. Perjalanan menuju hari istimewa ini agak lama walau prosesnya lumayan tiba-tiba dan ekspres. Alhamdulilah, Allah telah memberikan petunjuk-Nya padaku dan semoga aku termasuk ke dalam golongan orang-orang yang bertaqwa. Amin.

    Perjalanannya diawali dengan perkenalan dengan seorang teman sekelas, saat sama-sama baru masuk SMA.

    Teman : Aisyah...
    Aku : Kok Aisyah?
    Teman : Namanya Aisyah kan?
    Aku : Iya benar, tapi, kok manggilnya Aisyah?
    Teman : Kupanggil Aisyah aja ya? Kan bagus namanya, istri Rasulullah.

    Sejak percakapan itulah, kuikhlaskan diriku dipanggil Aisyah olehnya dan beberapa teman lainnya. Alhamdulillah wa syukurillah, Allah telah mengenalkanku padanya. Yang terpenting dari sekedar panggilan Aisyah adalah, aku mulai mencari tau siapa sebenarnya Aisyah (ra) itu. Mulailah perjalananku mencari jalan yang lurus menurut Allah SWT. Banyak hal baru yang kuketahui. Nama 'A'isyah mengandung makna yang hidup, yang makmur. Hal lain yang kuketahui adalah kewajiban menutup aurat, menggunakan jilbab dan kerudung.

    Jilbab = berasal dari Bahasa Arab, artinya pakaian lapang, dapat menutup aurat wanita, kecuali muka dan dua telapak tangan.
    Kerudung = tudung/ kerudung yang menutupi kepala, leher sampai dada wanita.

    Sewaktu SMP, seorang teman baik (almarhummah) pernah mengajakku tuk memakai jilbab. Aku menanggapinya dengan dingin. Saat itu aku masih menganggap jilbab sebagai sesuatu yang kampungan. Tapi, aku ga terus terang mengatakan itu padanya. Ajakan baik seorang teman gak boleh ditanggapi dengan negatif, malah harus dijadikan motivasi.

    Setelah mempelajari banyak hal, perlahan-lahan cara pandangku terhadap jilbab mulai berubah. Lambat laun aku mulai suka melihat perempuan yang memakai jilbab. Terlihat begitu menyejukkan. Jilbab dan kerudung bukan lagi sesuatu yang kampungan.

    "Hai manusia anak cucu Adam. Sesungguhnya Allah telah menurunkan pakaian untuk menutupi auratmu (berjilbab), untuk keindahan. Tetapi pakaian taqwa itulah yang paling baik. Semua itu adalah tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat (berpikir)." (QS. al-A'raf: 26)

    Kata wajib dalam menutup aurat merupakan kata kunci yang tak bisa ditawar. Suka tidak suka, mau tidak mau, kita harus melaksanakannya. Seseorang pernah berpendapat, "Menutup aurat itu wajib, terlepas dari jahat atau baiknya dia." Kalimat itu selalu terngiang-ngiang di telingaku. Hingga sampai pada bulan Ramadhan di tahun 1993. Hari pertama sekolah setelah pelaksanaan Pesantren Kilat, beberapa teman memakai kerudung. Secara tiba-tiba, terbersit keinginan untuk memakai kerudung, mengikuti aturan yang telah diberikan Allah pada hamba-Nya. Aku begitu iri melihat mereka yang telah berkerudung. Dua temanku, Melda dan Aida ternyata memiliki keinginan yang sama. Mereka berdua berjanji tuk mulai berkerudung esok harinya. Ingin rasanya aku ikut berjanji. Tapi, aku tak sanggup berjanji karena aku ga punya persiapan. Aku ga punya jilbab putih. Kemeja lengan panjang dan rok panjang, aku juga tak punya. Lalu, bagaimana mungkin aku berani ikut-ikutan berjanji?

    Namun, memang jalannya Allah tidak kita sangka-sangka. Malamnya, aku utarakan niatku tuk berkurudung pada Mamaku (love you Mom). SubhanAllah, Mama merespon positif niatku itu. Esok paginya (aku masuk sekolah siang hari),kami berbelanja keperluanku, jilbab putih, kemeja lengan panjang, dan kaus kaki panjang. Untuk rok panjang, ga ada stok yang tersedia. Rok panjang harus dipesan terlebih dahulu.

    Siang itu juga aku sudah mantap untuk memulai babak baru hidupku, menutup aurat (berpakaian) sesuai dengan ketentuan-Nya. Walau aku tahu, cara berpakaianku juga masih jauh dari sempurna. Semua melalui proses yang memang tak cepat. Sejak saat hari itu hingga sekarang, belum pernah aku berniat tuk membuka kerudungku walau di awal aku tamat kuliah, aku menemukan beberapa diskriminasi terhadap kaum jilbaber sepertiku dalam mencari pekerjaan. Mudah-mudahan aku tetap istiqomah.

    Baca : 101 Alasan Mengapa Saya Pakai Jilbab, Jilbab - jilbab Muslimah

    0 Komentar:

    Post a Comment


    Perilaku Seindah Az-Zahrah


    Free Islamic Blogger Skin



     

    Free Web Counter
    ^semua hak guna rini @ 2007^