"Lelaki, Buaya Darat ..."
Kaget aku mendengarnya. Memang, kalimat lanjutan dari lagu itu adalah "busyet, aku tertipu lagi." Tapi, apa si ibu tidak sadar apa yang sedang diajarkannya pada anaknya secara tak langsung? Sebuah fenomena yang mengiris hati.
Ibu, bunda, umi, mama, omak, emak, dll adalah sosok yang menjadi panutan bagi anaknya. Sejak anak dilahirkan, anak mengenal orang tua terutama ibu. Ia akan memperhatikan segala tindakan orang tua dan kemudian menirunya. Semua akan terekam dalam memorinya yang masih fresh.
Jadi, bagaimana perkembangan jiwa si anak jika dari kecil si ibu tidak bisa mengajarkan pada anaknya apa yang patut diucapkan dan apa yang tak patut diucapkan. Si anak tidak akan tau kata-kata yang tak baik. Begitu ia memasuki dunia yang sebenarnya, bergabung dengan masyarakat dan berinteraksi di dalamnya. Si anak tak akan kuat menolak segala pengaruh negatif di dalam masyarakat. Bahkan, ada yang telah didik dengan baik oleh orang tua masih bisa terjerumus ke pergaulan tak baik. Lalu bagaimana yang tak dididik dengan baik di rumah?
Kembali ke rumah sebagai madrasah utama bagi anak. Orang tua harus punya waktu yang cukup untuk menjadi guru, panutan bagi anak-anak. Tak bisa anak sekedar disekolahkan di sekolah mahal dan favorit serta memberinya les / kursus tambahan. Semua itu hanya mengajarkan pada anak tentang 'how to think' (berpikir secara teoritis) sedangkan 'how to be' (mempraktekkannya langsung) diajarkan di sekolah kehidupan, dimana orang tua, keluarga, dan lingkunganlah yang membentuknya.
Belajar mengandung dua bagian pengertian, yaitu:Memang, aku masih belum memasuki dunia ini tapi bolehlah aku belajar tentang ini semua. Semoga aku termasuk ibu yang tidak durhaka pada anak, nantinya. Amiin.
1. Learning How to Think
Ini merupakan jenis belajar yang dialami teman-teman di sekolah. Learning how to think berarti belajar berpikir secara teoritis. Misalnya, belajar shalat. Hal yang pertama dilakukan adalah belajar shalat secara teorits. Mempelajari hukumnya, gerakannya, bacaannya, dll.
2. Learning How to Be
Ini merupakan jenis belajar penerapannya, prakteknya di keseharian. Lanjutan dari contoh belajar shalat di atas. Setelah kita mempelajari shalat secara teoritis, tentu saja ilmu ini harus dipraktekkan. Sia-sia hanya mempelajarinya secara teoritis. Ilmu-ilmu tentang shalat yang baik harus dapat dipraktekkan langsung. Praktek langsung inilah, secara konstan dan berkesinambungan, merupakan learning how to be. Hasil akhirnya adalah, kita berhasil melaksanakan shalat yang benar dan khusuk.
6 Komentar:
betul Kak, terus terang aku nggak suka lagu ini.Yang nyayi mau untungnya aja, tanpa peduli efek samping pada org yg denger.Apalagi seorang Ibu, yang.. kok ya suka dg lagu kayak gini, trus malah ngajarin anaknya. Jadi nanti anaknya diajar tuk berpikir bhw semua 'lelaki' buaya darat. padahal nggak begitu.
mang iya sih rin.. pengaruh negatif dari dunia luar itu kuat banget, aku aja sering terkaget2 denger anakku nyanyiin lagu yg gak bener gitu, tapi sesudah ditegur akhirnya sekarang dia kalo mau nyanyi nanya dulu, ma.. lagu yang ini boleh gak untuk anak2..? duhh.. lutuna anakku :D
@maisara
setuju
gak semua laki2
buaya darat... :D
btw
thanx infonya
ttg learning how
to thinx dan
learning how to be
aduhh.... iya nih, lagu ini bikin rusak, termasuk si zaza, masih segede emprit aja udah bisa bilang "tet" aka busyet... huaaaaa.... inilah dilema ibu karir, hiks!
ada juga sebuah sekolah mengubah lirik beberapa lagu yang sedang trend menjadi lirik berbau Islam. Cara yang cukup bagus kan....
@maisara. emang, lagu2 seperti itu yang menjual
@fitri.. hmm, senengnya si Muthi pinter gitu ^_^
@pippip, aku dah pernah loh bahas tentang belajar ini, dulu. Di sini nih http://riniaisyah.blogspot.com/2005/11/belajar-apa-hari-ini.html
@mamanya zaza. iya nih mbak. mesti tambah kerja keras :(
wah masak lagu 'bd' itu sekarang masuk malaysia...wuahh maluuu aku...
Post a Comment